Pemberdayaan Masyarakat Desa: Pentingnya Penggalian Gagasan dan Kesesuaian Program dengan Kebutuhan Warga


 

Pemberdayaan Masyarakat Desa: Pentingnya Penggalian Gagasan dan Kesesuaian Program dengan Kebutuhan Warga

Program pemberdayaan masyarakat sering kali hadir ke desa dalam bentuk yang telah “jadi”—dirancang rapi dalam ruangan berpendingin udara, dibahas dalam rapat-rapat formal, dan dituangkan dalam paket proyek yang siap dikirim ke lapangan. Dari jauh tampak menjanjikan, tetapi tak jarang ketika program tersebut mendarat di desa, ia lebih tampak sebagai formalitas daripada solusi yang benar-benar dibutuhkan warga.

Sering kali program-program itu hadir dengan seremoni meriah, mulai dari gunting pita, pengambilan foto, hingga laporan kegiatan yang tersusun rapi. Warga pun diposisikan sekadar sebagai “penerima manfaat”, bukan sebagai penentu arah atau pemilik gagasan. Desa menjadi latar dari ide-ide yang lahir jauh dari tanah yang mereka pijak.

Ketika Program Tidak Menyentuh Akar Masalah

Bentuk hadirnya program pemerintah atau lembaga tertentu di desa sangat beragam. Salah satu contoh adalah pelatihan singkat bertema “kewirausahaan digital”. Pelatihan ini dilaksanakan hanya dalam hitungan jam, tanpa pendampingan berkelanjutan, tanpa melihat kesiapan perangkat, jaringan internet, maupun minat warga. Akhirnya, materi yang diberikan berhenti di ruang kelas dan tidak pernah menjadi praktik nyata yang berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat.

Contoh lainnya datang dari pengalaman seorang tokoh masyarakat adat yang pernah menerima bantuan berupa mesin pengolahan hasil pertanian. Secara konsep, alat itu tampak canggih dan modern. Namun kenyataannya, mesin tersebut tidak sesuai dengan pola tanam masyarakat setempat, berbeda dengan jenis tanah, dan tidak sejalan dengan ritme kerja warga yang sudah turun-temurun mereka jalani. Teknologi yang hadir tidak mempertimbangkan kearifan lokal, tidak memperhitungkan kapasitas teknis, dan tidak melalui proses dialog yang mendalam.

Beberapa bulan kemudian, bantuan tersebut dibiarkan berkarat karena tidak ada yang menggunakannya. Tidak ada yang bisa merawat, tidak ada yang mengoperasikan, dan tidak ada rencana jangka panjang yang disiapkan sejak awal. Pada akhirnya, program itu hanya terpasang untuk difoto, dilaporkan sebagai pencapaian, dan ditinggalkan begitu saja tanpa tindak lanjut.

Di atas kertas, semua terlihat berjalan baik: jumlah peserta pelatihan meningkat, unit alat pertanian telah dipasang, dan nilai dana bantuan telah dicairkan. Namun di lapangan, warga tetap menghadapi masalah yang sama. Kesenjangan antara program bantuan dan kebutuhan nyata menjadi semakin jelas. Warga kembali menggunakan cara lama, bukan karena mereka menolak modernisasi, tetapi karena program yang ditawarkan tidak menjawab tantangan yang mereka hadapi.

Yang tersisa sering kali hanya spanduk peresmian dan deretan logo sponsor. Sementara itu, masalah di desa tetap berdiri kokoh tanpa solusi yang berarti.

Mengapa Program Pemberdayaan Sering Tidak Tepat Sasaran?

Akar permasalahannya terletak pada tidak adanya penggalian gagasan (need assessment) yang memadai. Program yang turun dari tingkat pusat atau kabupaten kerap dirancang dengan pendekatan seragam, tanpa melihat perbedaan karakteristik setiap desa. Padahal, setiap desa memiliki latar sosial, budaya, ekonomi, dan ekologi yang sangat berbeda.

Mengambil keputusan pemberdayaan tanpa mendengar suara warga sama artinya dengan membuat peta tanpa melihat medan. Hasilnya adalah program yang bagus di atas kertas, tetapi rapuh ketika bersentuhan dengan realitas lapangan.

Rosabeth Moss Kanter, seorang akademisi Harvard, mengingatkan:
“When we do change to people, they experience it as violence, but when people do change for themselves, they experience it as liberation.”
Ketika perubahan dipaksakan kepada warga, mereka cenderung merasa tertekan. Tetapi ketika perubahan lahir dari gagasan dan kesadaran warga sendiri, perubahan itu menjadi kekuatan yang membebaskan.

Dalam konteks desa, kalimat ini memiliki makna mendalam. Program pemberdayaan yang terlahir dari aspirasi warga jauh lebih berkelanjutan, lebih diterima, dan lebih berdampak bagi kesejahteraan jangka panjang.

Pentingnya Penggalian Gagasan Sebelum Menetapkan Program

Penggalian gagasan bukan hanya formalitas. Ia adalah fondasi utama dari pemberdayaan itu sendiri. Beberapa langkah yang perlu dilakukan sebelum memutuskan program pemberdayaan antara lain:

1. Mendengar Suara Warga Secara Langsung

Dialog dengan masyarakat adalah kunci. Melibatkan ketua RT, tokoh adat, pemuda, perempuan, petani, pelaku UMKM, dan seluruh unsur masyarakat memberikan gambaran kebutuhan riil yang dihadapi desa.

2. Mengidentifikasi Akar Masalah

Sering kali problem di desa bukan karena kurangnya bantuan, tetapi karena kurang tepatnya bantuan. Penggalian gagasan membantu memastikan solusi menyentuh akar masalah yang sebenarnya.

3. Menyusun Program Bersama Warga

Program yang dirancang bersama warga memiliki peluang lebih besar untuk berhasil karena warga merasa memiliki tanggung jawab moral dan sosial terhadap keberlanjutan program tersebut.

4. Menganalisis Kearifan Lokal

Setiap desa memiliki pengetahuan lokal yang berharga. Program pemberdayaan akan lebih tepat—dan lebih dihargai—jika selaras dengan budaya kerja, alam, dan tradisi masyarakat setempat.

5. Evaluasi dan Tindak Lanjut Berkelanjutan

Pemberdayaan tidak cukup hanya dengan pelatihan sesaat atau bantuan sekali datang. Diperlukan pendampingan, evaluasi berkala, dan kesinambungan.

Pemberdayaan Desa Harus Menjadi Gerakan yang Tumbuh dari Bawah

Desa bukan objek pembangunan. Desa adalah subjek yang memiliki kemampuan, kearifan, dan kekuatan untuk membangun dirinya sendiri. Karena itu, setiap program pemberdayaan harus bersumber dari kebutuhan warga, bukan diarahkan dari luar semata.

Program yang dipaksakan dari atas hanya akan menjadi “pemberdayaan semu”—ramai saat peresmian, tetapi sunyi ketika program harus dilanjutkan. Sebaliknya, pemberdayaan yang lahir dari gagasan warga akan menjadi gerakan yang hidup, tumbuh, dan berkelanjutan.

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال