Mencari Sekolah Aman, Bandung Perbaiki 335 Ruang Kelas dan Siapkan 60 Kelas Baru

Featured Image

Rehabilitasi Sekolah di Bandung: Menjaga Keamanan dan Kualitas Pendidikan

Di berbagai sekolah dasar dan menengah di Kota Bandung, musim hujan sering kali menjadi momen yang penuh kekhawatiran. Atap yang mulai rapuh, dinding retak, ruang belajar yang lembap, serta toilet yang tidak layak pakai menjadi bukti bahwa bangunan pendidikan juga memiliki masa pakai. Hal ini mendorong pemerintah kota untuk segera melakukan rehabilitasi agar setiap siswa dapat belajar dalam lingkungan yang aman dan nyaman.

Pada tahun 2025, Pemkot Bandung mengambil langkah cepat dalam memperbaiki kondisi bangunan sekolah. Kepala Dinas Pendidikan Kota Bandung, Asep Saeful Gufron, menjelaskan bahwa ratusan ruang belajar telah diperbaiki. Di tingkat SD, fokus utama adalah perbaikan sanitasi dan kelayakan ruang belajar. Sebanyak 29 toilet direhabilitasi, 86 sekolah menerima perbaikan ruang kelas dengan total 255 ruang, dan tiga sekolah mendapatkan pembangunan ruang kelas baru yang menambah sembilan ruang tambahan.

Di tingkat SMP, perbaikan juga dilakukan secara masif. Satu unit sekolah baru dibangun, empat sekolah menerima fasilitas parkir, dan sepuluh sekolah diperkuat sarana prasarana serta utilitasnya. Sebanyak 80 ruang kelas menjalani rehabilitasi sedang hingga berat, sementara 31 sekolah menerima perbaikan fasilitas pendukung.

Upaya besar ini dilakukan karena banyak bangunan sekolah Bandung sudah berdiri puluhan tahun. Beberapa di antaranya menunjukkan tanda kerusakan serius yang bisa membahayakan keselamatan siswa. Asep menegaskan bahwa prioritas utama adalah keamanan. Setiap bangunan yang dinilai mengkhawatirkan langsung masuk daftar penanganan.

Momentum perbaikan ini akan terus berlanjut pada tahun 2026. Pemkot Bandung menargetkan pembangunan 60 ruang kelas baru—masing-masing 30 untuk SD dan 30 untuk SMP. Anggarannya mencapai Rp38 miliar, setelah dilakukan penyesuaian dari alokasi awal Rp58 miliar. Penyesuaian itu dilakukan agar pembangunan tetap efisien tanpa mengurangi kualitas.

Selain pembangunan baru, rehabilitasi untuk puluhan sekolah juga masuk rencana. Setidaknya ada 30 SD dan 30 SMP yang akan diperbaiki, tergantung pada hasil kajian teknis. Kajian ini menjadi kunci, sebab kondisi bangunan sangat dipengaruhi usia, struktur, cuaca, dan intensitas penggunaan. Dalam beberapa kasus, dinding retak atau atap bocor bisa menjadi sinyal awal risiko ambruk.

Musim hujan tahun ini membuat pemantauan diperketat. Semua kepala sekolah diminta melakukan pengecekan rutin, terutama pada ruang yang pernah mengalami kerusakan. Langkah ini dilakukan bukan hanya untuk memastikan keselamatan, tetapi juga mencegah kerugian yang lebih besar jika kerusakan dibiarkan.

Di sisi lain, dua sekolah baru yang dibangun pada tahun sebelumnya—di Bojongloa dan SMP 75—terus dipantau perkembangannya. Beberapa sekolah yang bangunannya sempat ambruk juga mendapat penanganan cepat, baik melalui dukungan yayasan maupun dengan pengajuan ke Kementerian Pendidikan.

Asep menegaskan bahwa seluruh langkah ini bukan rutin tahunan semata. Bandingkan rehabilitasi dengan memperbaiki sebuah rumah tua: semakin ditunda, semakin banyak risiko yang mengintai. Karena itu, proses pemetaan dilakukan dengan sangat detail. Setiap ruang, balok, dan atap ditinjau agar tidak ada elemen yang luput.

Pada akhirnya, upaya rehabilitasi dan pembangunan ruang belajar adalah bentuk tanggung jawab untuk menjaga masa depan generasi Bandung. Ruang kelas yang aman bukan hanya tempat belajar, tetapi tempat bertumbuh, bermimpi, dan memulai perjalanan panjang anak-anak kota ini. Dan kota yang peduli pendidikan adalah kota yang memberikan fondasi paling kuat bagi masa depan warganya.

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال